Opini  

Belajar Memahami Substansi

 

Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Praktisi Pendidikan)

Hampir semua orang beragama. Semua orang Indonesia dalam KTPnya ada identitas agama. Namun tidak semua orang beriman dan bertaqwa pada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Bertaqwa pada Tuhan Yang Mah Esa dan berakhlak mulia adalah esensi ajaran agama.

Para kriminal, pengedar narkoba, pencopet, koruptor dan pencuri kotak amal di sebuah tempat ibadat pasti dalam KTPnya beragama. Orang-orang yang ada di sel polisi karena kejahatan pasti dalam KTPnya ada identitas agama. Agamanya apa? Pasti beragam agama.

Semua orang beragama bisa menjadi oknum pelaku kejahatan atau tindakan jahat yang bertabrakan dengan nilai-nilai agama. Namun orang yang bertaqwa pada Tuhan Yang Mah Esa dan berakhlak mulia pasti tidak melakukan kejahatan.

Label agama dalam KTP tidak lebih penting dari performa agamis dalam keseharian kita. Iman pada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia lebih utama dari identitas agama di KTP. Ini esensi atau subtansi dari semua agama yang ada. Agama esensinya mengajak berakhlak mulia.

Nabi Muhammad diutus ke muka bumi adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi Isa, Nabi Musa, dan semua para nabi sama-sama membawa pesan dan ajaran untuk memperbaiki akhlak manusia pada zamannya. Iman dan akhlak adalah dua hal esensial dalam semua ajaran agama.

Sementara identitas agama dalam KTP adalah formalisasi keberagamaan seseorang. Keberagamaan seseorang faktanya dalam ketaqwaan pada Tuhan Yang Mah Esa dan berakhlak mulia. Ini perlu difahami dengan baik oleh bangsa kita.

Dalam dasar negara kita Pancasila, sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Ini menunjukan bahwa dasar negara dan cara berkehidupan bangsa Indonesia berfrasa agama. Dalam Pancasila tidak ada sila yang berbunyi “beragama”. Kalimat Ketuhanan Yang Maha Esa identik dengan wajibnya bangsa Indonesia berketuhanan dan beragama.

Baca Juga :  Viral Oknum LSM Dilaporkan Ke Polsek Pedamaran OKI, Ini Hasil Penelusuran Tim IWO Indonesia

Sejumlah narasi provokatif dan dikait-kaitkan dengan ideologi komunis dari sejumlah oknum yang menebarkan hoaxs bahwa pemerintah “anti agama”. Ini menjadi lucu. Mengapa lucu? Pertama ada Kementerian Agama yang mengatur regulasi agama dan segala hak terkait keberagamaan.

Kedua Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Ristek sudah jelas menempatkan Profile Pelajar Pancasila (PPP) dengan urutan pertama dari 6 prioritas adalah semua pelajar Indonesia wajib dan harus “Bertaqwa Pada Tuhan Yang Mah Esa dan Berkahlak Mulia”.

Nadiem Makarim sebagai Mendikbud Ristek menempatkan “frasa” agama secara subtantif dalam ciri pertama Profile Pelajar Pancasila. Nadiem Makarim menghendaki semua pelajar Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote beragama dengan baik.

Semua orang harus menyadari betapa pentingnya tiga hal utama dalam pendidikan kita. KH Zainudin MZ mengatakan tiga hal penting dalam kehidupan manusia agar beradab. Pertama agama. Agama memberi arah dan tujuan yang agung dan Ilahiah.

Kedua ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memberi kemudahan dalam kehidupan kita. KH Zainudin MZ mengatakan setiap orang penting berilmu pengetahuan yang baik agar hidup menjadi mudah. Beragama saja tak culup kalau IPTEK tertinggal. Bisa bahaya! Begitu pun IPTEK tanpa agama. Bisa celaka!

Ketiga seni. Jiwa seni, berkesenian adalah hal penting bagi manusia. Seni membuat hidup jadi indah. Bila ketiganya berpadu maka hidup jadi : terarah, mudah dan indah. Dunia pendidikan dan kebudayaan kita harus membawa minimal tiga dasar di atas.

Dua kementerian terutama yakni Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Ristek sama-sama harus membawa misi tiga hal penting di atas. Agama, IPTEK dan seni. Kementerian agama lebih ke agama yang berkebudayaan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ristek lebih ke kebudayaan yang berkeagamaan.

Baca Juga :  PGRI Ruh Guru

Agama, IPTEK dan seni adalah untuk manusia. Untuk kebaikan kehidupan manusia. Jangan terbalik pikir yang mengatakan manusia untuk agama, IPTEK dan seni. Tuhan ciptakan semuanya (agama, IPTEK dan seni) untuk keberkahan hidup manusia. Kita kadang lebih mengutamakan bungkus dari isi.