Ragam  

Peringatan HUT RSUD dg Pasewang Ke 34 Dihadiri Pj. Bupati Jeneponto

KAB.JENEPONTO, jurnalisbicara.com – Pj.Bupati Jeneponto, Junaedi Bakri menghadiri puncak peringatan HUT ke-34 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lanto Dg Pasewang di Jln. M. Ishak Iskandar (Jln Lingkar), Kamis (18/01/2024).

Turut hadir, Dandim 1425. Letkol Inf Muh. Amin, Kapolres AKBP Budi Hidayat, Kejari Susanto Gani, Dr. Syafruddin Nurdin, dan sejumlah pejabat daerah lainnya.

Meski sempat diguyur hujan, Euforia peringatan HUT ke-34 yang dilaksanakan dihalaman Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lanto Dg Pasewang berlangsung meriah.

Acara peringatan hari ulang tahun rumah sakit kebanggaan masyarakat jeneponto itu diawali dengan persembahan tarian kolosal yang diprakarsai oleh para tenaga kesehatan (Nakes) yang terdiri dari, perawat, bidan sampai dokter.

Tarian kolosal ini dimaksudkan sebagai perwujudan kebersamaan yang harmonis, sinergis dan bahagia. hal ini terlihat dari irama musik dan gerakan tari yang selaras.

Dirut RSUD Dr. St. Fasriany dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada seluruh civitas hospitalia (RSUD) Lanto Dg Pasewang atas dedikasi dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat Jeneponto.

“Alhamdulillah (RSUD) Lanto Dg Pasewang telah genap berusia 34 tahun yang tentu saja telah melewati masa pasang surut, dan itu dapat dilewati bersama,” ucapnya.

Ia juga menyampaikan bahwa sejak tahun 2022, (RSUD) Lanto Dg Pasewang telah meraih predikat paripurna dalam Akreditasi.

Sementara itu, Pj. Bupati Junaedi Bakri dalam menekankan petingnya memberikan prioritas pelayanan kepada pasien.

“Dirgahayu ke-34 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lanto Dg Pasewang, kami berharap agar pelayanan dan penaganan kepada pasien dapat diutamakan, setelah itu baru mengurus administrasi”. ucapnya.

Pj. Bupati Junaedi Bakri menambahkan agar terciptanya lingkungan kerja yang sehat dan harmonis guna mendukung pelayanan masyarakat yang optimal.

Baca Juga :  Apel Pemantapan Netralitas dan Kesiapsiagaan Pemilu 2024

Acara ulang tahun RSUD Lanto Dg Pasewang selanjutnya ditutup dengan pemotongan tumpeng dan kue sebagai simbol kesyukuran dan sakralisasi. (iskandar lewa)