Pelantikan Dewan Adat Kerajaan Tarowang, Ditandai Dengan Pesta Adat Jene – Jene Sappara

KAB.JENEPONTO, jurnalisbicara.com – Pesta Adat Jene – Jene Sappara atau Mandi Sabang dilakukan di pinggir Laut Desa Balang Loe Tarowang Kec.Tarowang Kab.Jeneponto Sul-Sel, merupakan pesta tahunan yang digelar setiap Bulan Sabang, dirangkaikan dengan pelantikan Dewan Adat Kerajaan Tarowang. Minggu (11/9/2022). 

Pelantikan Dewan Adat Kerajaan Tarowang, dipimpin langsung oleh Sombayya Ri Gowa, Andi Kumala Idjo Daeng Sila Karaeng Lembang Parang Batara Gowa III Raja Gowa ke-38 dilanjutkan pembacaan ikrar pelantikan, penyerahan Pataka Lapa Eja dan Pin Lapa Eja kepada Pemangku Adat Kecamatan Tarowang Muh. Arif Sonda Karaeng Kulle.

Pelantikan tersebut dihadiri 37 Dewan Kerajaan Nusantara, serta penjemputan benda pusaka dikawal iring-iringan pasukan tombak yang berkuda, disaksikan para dewan kerajaan, seperti Tombak, Keris, Badik, Kendi, Kipas, Trisula dan lainnya, yang kesemuanya benda kerajaan.

Adapun rangkaian ritual dari pesta adat ini yakni appasempa, a’lili’, a’rurung kalompoang, dengka pada, pakarena, parabbana, pagambusu, pa pui’-pui’. Serta digelar Paolle, pa’batte jangang, akraga, a’ je’ne’-je’ne, dan ammanyukang kanrangang.

Tidak kalah hebohnya lagi 3 hari berturut-turut digelar lomba dan pameran dintaranya : Lomba Lagu Daerah Makassar, Lomba Rias Pengantin, Drama Kolosal Kerajaan Tarowang, Pameran Benda Pusaka, Tari Tradisonal

Upacara adat jene-jene sappara (artinya: mandi-mandi di bulan Safar) merupakan satu di antara  rangkaian ritual adat yang dilakukan dengan cara menceburkan diri secara bersama-sama di pantai Balangloe Tarowang. Ritual yang dilaksanakan sebelum masuk waktu salat zuhur ini telah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu.

Awalnya, tradisi ini dilakukan sesuai dengan keyakinan masyarakat yang menganutnya secara turun-temurun. Upacara adat ini dilakukan sebagai  ungkapan rasa syukur masyarakat Desa Balangloe Tarowang atas segala limpahan rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa.

Baca Juga :  Kasi Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Kab. Jeneponto Monitoring Haji Lunas Tunda Ke Semua KUA Kecamatan Kab.Jeneponto

Jene-jene sappara dilaksanakan selama satu pekan, ditambah dengan persiapan–persiapan upacara adat tersebut. Puncaknya dilaksanakan pada tanggal 14 Safar tahun Hijriah. Seluruh warga Desa Balangloe Tarowang, mengikuti upacara ini. Bahkan warga desa yang sudah merantau ke daerah lain pun akan pulang,  supaya bisa menghadiri kemeriahan upacara ini.

Simbolik dalam jene-jene sappra  salah satu Tokoh masyarakat millenial Desa Balalngloe Tarowang, Amdy Safri Karaeng Daming, mengungkapkan bahwa  jene-jene sappara merupakan salah satu ikon Kabupaten Jeneponto. Upacara adat ini terdiri atas serangkaian ritual, yakni a’muntuli riballa karaenga, a’lili, a’rurung kalompoang, dan pakarena. 

Ammuntuli, satu di antara rangkaian ritual jene-jene sappara yang dilakukan dengan mendatangi para bangsawan (karaeng-karaenga), turunan raja-raja Tarowang dan juga para petinggi pemerintah.

Orang yang melakukan ritual ini biasanya adalah para gadis remaja yang menggunakan pakaian adat berupa baju bodo dan sarung sutera, atau yang dikenal dengan sebutan lipak sabbe.

Dalam perspektif interaksionisme simbolik, ritual ini merupakan simbol tersendiri bagi masyarakat. Ritual ammuntuli  adalah sebentuk penghargaan bagi para turunan raja-raja Tarowang atau para petinggi dari pemerintahan Kabupaten Jeneponto karena mereka diundang secara istimewa melalui tradisi ini.

Kedua, a’lili’, adalah ritual yang diadakan oleh pemuka adat yang disebut ta’bi, dengan melilitkan benang pada batang kayu yang telah ditancapkan ke dalam tanah sebanyak 12 buah. Batang kayu yang digunakan adalah kayu khusus yang dikenal dengan sebutan kayu baranak oleh masyarakat setempat.

Batang kayu ini ditancapkan di area upacara adat, tepatnya di pesisir pantai Balangloe Tarowang. Batang kayu baranak tersebut kemudian dililitkan sebanyak dua belas kali dengan benang yang telah disediakan oleh Sang tabbi.

Sosok yang tidak hanya dikenal sebagai pemuka adat, namun juga dikenal sebagai dukun atau orang pintar oleh masyarakat setempat karena memiliki kemampuan untuk mengobati penyakit.