Warga Antusias Tonton, 35 Layang-layang dari 7 Provinsi Adu Kebolehan

OGAN ILIR – JURNALISBICARA Pertandingan olahraga rekreasi layang-layang di Tanjung Senai, Ogan Ilir, memasuki hari terakhir pada Festival Olahraga Nasional (Fornas) VI.

Sebanyak 35 peserta dari masing-masing induk organisasi (inorga) Persatuan Layang-layang Indonesia (Pelangi), unjuk penampilan terbaik.

Hal tersebut menjadi Tonton Warga yang antusias melihat pertandingan layang-layang dan juga jadi ajang rekreasi di saat liburan sekolah

Menurut Liana Widayanti, S.Pd.SD
Kepsek SDN 01 Lubuk Keliat salah Kecamatan Lubuk Keliat yang hadir menyaksikan Pertandingan Lomba Layang-layang di Tanjung Senai ia mengungkapkan sangat terkesan dan menjadi motivasi yang ingin mengikuti untuk selanjutnya merupakan pengalaman baru yang ada di Kabupaten Ogan Ilir

Sementara Dewan juri dari Pelangi Pusat, Supriyanto mengatakan, sebanyak tujuh provinsi mengutus inorga mereka pada Fornas kali ini.

Ketujuh provinsi tersebut yakni tuan rumah Sumatera Selatan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kalimantan Selatan, Lampung, Kalimantan Utara, Banten dan Gorontalo.

“Setiap inorga memiliki kreasi layang-layang masing-masing yang ditampilkan pada Fornas,” kata Supriyanto, Selasa (5/7/2022).

Pada pertandingan layang-layang, panitia menetapkan empat kategori yang ditampilkan. “Kategori layang-layang kreasi, tradisional, train, dan dua serta tiga dimensi,” jelas Supriyanto.

Keempat kategori ini, lanjut Supriyanto, secara keseluruhan dinilai berdasarkan visual.
Poin penilaian lainnya yakni kreativitas, keunikan dan fungsi layang-layang sesuai peruntukan berdasarkan sejarah dan kebudayaan yang melatarbelakanginya.

“Misalnya layang-layang tradisional. Selain visual, juga harus ada sendaren ketika melayang. Sendaren itu bunyi-bunyian karena di sebagian daerah, layang-layang tradisional digunakan petani sawah untuk mengusir hama, burung,” jelas Supriyanto.

“Kemudian misalnya ada layang-layang yang digunakan penggembala untuk mengarahkan hewan ternak menuju suatu arah. Itu menggunakan sendaren tersebut,” jelasnya lagi.

Dan yang utama, kata Supriyanto, layang-layang sebagus atau seunik apapun akan didiskualifikasi jika tak mampu melayang.

Baca Juga :  Bagi Siswa-siswi Yang Kurang Mampu, SMP Al-Yuzzakyah Solusinya Tanpa Dipungut Biaya

“Kalau layang-layang tidak bisa terangkat karena faktor teknis layang-layang itu sendiri, maka langsung diskualifikasi,” terang Supriyanto.

Pria yang juga memiliki jabatan di Litbang Pelangi Pusat ini mengomentari pergerakan angin di Tanjung Senai.

Menurutnya, pergerakan angin cenderung lambat karena daerah Ogan Ilir tidak dekat dengan pantai.
“Di sini (Tanjung Senai) termasuk low wind namun area steril dari pemukiman warga. Pemandangan di sini juga cukup bagus dengan latar belakang perkebunan tebu dan jalan tol,” kata Supriyanto. (Heri).