Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Ketua Pengurus Besar PGRI)
Pertama dalam sejarah PGRI Saya gagas Forum Pimpinan Ketua PGRI Kabupaten Kota Se Indonesia. Forum ini bernama FPPK. Forum ini lahir dari gagasan pentingnya menjaga martabat dan marwah PGRI agar tidak dipolitisir oleh oknum tertentu untuk kepentingan tertentu. Awal kehadirannya ada saja yang nyinyir dan mencurigai.
Akhirnya terbentuk FPPK di deklarasikan di Gedung Guru Indonesia jalan Tanah Abang Jakarta. Saya terpilih sebagai Ketua FPPK dan Saudara Sujito sebagai Sekjen. Ini adalah sebuah forum komunikasi entitas ketua PGRI kabupaten kota se Indonesia. Kepentingan terdekatnya saat itu adalah menyukseskan Kongres PGRI.
Fakta sejarahnya FPPK berhasil menyukseskan Kongres PGRI. FPPK idealnya menjadi bandul penyeimbang atau forum yang objektif melihat sikon kontekstual untuk kepentingan PGRI. Sebaiknya forum ini tetap ada dan dilanjutkan kepemimpinannya oleh para ketua terbaik dari level kabupaten kota se Indonesia. Forum ini penting menurut Saya agar dinamika PGRI semakin hidup.
Nah sebagai lanjutan dan turunan dari FPPK mengapa tidak? Ada majelis pengurus cabang PGRI. Majelis pengurus cabang PGRI bisa terbentuk dari sekitar 514 entitas ketua cabang terbaik se Indonesia dari perwakilan masing-masing PGRI kabupaten dan kota. Ini sangat positif untuk menghidupkan gairah dan dinamika ditingkat cabang. Tulisan sebelumnya Saya jelaskan bahwa cabang adalah utama dan paling penting dalam strukutur PGRI.
Anggota itu adanya di cabang. Iuran itu datangnya dari cabang. Masalah guru itu adanya di cabang. Kultur guru dan PGRI adanya di cabang. Struktur PGRI kota, kabupaten, provinsi dan PB adalah garis komando organisasi. Realitas dinamika guru honorer, guru promosi, guru rotasi, guru prustasi dan politisasi guru adanya di ranting dan cabang. Dunia PGRI adalah dunia guru dan dunia sekolahan. PGRI cabang adalah struktur terdekat dari guru dan sekolahan.
Majelis Pengurus Cabang PGRI Seluruh Indonesia menurut Saya sangatlah penting! Dapat dipastikan majelis ini adalah 99% guru anggota aktif. Dalam AD ART kedaulatan organisasi ada di anggota dan wujudnya ada di Kongres. Anggota itu adanya di cabang dan ranting. Kedaulatan keseharian PGRI adanya di ranting dan cabang. Kedaulatan lima tahun sekali adanya di Kongres. Berapa persentase kehadiran guru aktif dalam Kongres? Ini bisa jadi autokritik bagi internal PGRI.
Entitas guru aktif dan masalah kontekstual guru adanya di cabang-cabang. PGRI harus bergerak seirama dengan kebatinan para anggota yang ada di cabang. Pepatah bijak mengatakan, “Penari yang baik harus mampu bergerak meliuk menghentak sesuai irama gendang”. Irama gendang PGRI adanya di bawah yakni di guru anggota. Guru anggota adanya di setiap cabang PGRI. Genuinitas aspirasi, harapan dan kebatinan guru adanya di cabang-cabang. Majelis Ketua Cabang dapat menjadi “air pegunungan” yang segar mengalirkan aspirasi guru ke jenjang struktur organisasi ke atasnya.
Majelis Ketua Cabang bisa menjadi wajah PGRI yang sebenarnya bila mampu menyuarakan aspirasi faktual kontekstual entitas guru seluruh Indonesia. Majelis Ketua Cabang dapat memberikan masukan, asupan pemikiran dan harapan entitas guru anggota pada jenjang PGRI ke atasnya. Para ketua cabang terbaik dapat berhimpun dan membentuk “learning community organisasi” secara darat atau pun maya. Setidaknya setiap hari ada WAG yang dihidupkan untuk informasi dan diskusi organisasi.
Dari cabanglah iuran PGRI ada. Dari cabanglah anggota PGRI ada. Dari cabanglah kehormatan para pengurus di level yang lebih tinggi ada. Dari cabanglah kekuatan guru untuk berdemo besar-besaran bisa dilakukan untuk menekan semua pihak yang menghalangi perjuangan martabat guru. PGRI tanpa cabang dan ranting bisa wasalam atau bubar jalan. Ibarat para guru tanpa anak didik tak punya pekerjaan. Para pengurus PB PGRI, provinsi dan kokab tanpa cabang mereka semua tidak akan ada. Bisa menjadi bukan siapa-siapa!
PGRI ada karena cabang dan ranting. Cabang dan ranting adalah akar yang mensuport batang, dahan dan daun organisasi. Rindang dan hijaunya PGRI tergantung dinamika cabang dan ranting. Tanpa akar semua pohon akan kering, meranggas dan tinggal tunggul yang mati. Menghidupkan PGRI dimulai dari ranting dan cabang, selanjutnya otomatis hidup merambat ke atas. Terutama guru-guru muda milenial adanya bukan di PB, provinsi dan kokab melainkan adanya di setiap ranting dan cabang.
Kunci sukses PGRI adanya di ranting dan cabang. Kunci sukses keberlanjutan PGRI adanya di guru milenial anggota. Guru muda milenial masuk di PGRI maka PGRI akan terus hidup. Bila guru muda milenial asing, terasing dan tak mau masuk PGRI maka PGRI bisa berakhir pelan-pelan. Apalagi bila ada organisasi profesi guru di luar PGRI yang lebih “disruptif” dan memahami tuntutan guru milenial. Hukum sejarah mengatakan, “Adaptasi dan seleksi alam akan menentukan siapa yang eksis dan tetap manis”. Dimensi cabang adalah “rahim pertama” kelahiran para guru anggota.