Bupati Lutra: Generasi Milenial Jangan ‘Alergi’ dengan Sejarah dan Budaya

LUWU UTARA – Indah berharap melalui kebijakan pemerintah provinsi, kabupaten/kota yang ada di Tana Luwu dapat menjadi nilai atau kurikulum lokal.

Generasi muda harus mampu memahami sejarah dan kebudayaan sebagai bagian dari salah satu identitas sekaligus menjadi guru dalam kehidupan. Meskipun saat ini teknologi semakin berkembang pesat.

Hal tersebut disampaikan oleh Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani saat menjadi Keynote Speaker pada webinar budaya bertajuk I La Galigo dari Tana Luwu untuk Generasi Milenial Sebagai Penerus Kebudayaan dalam rangka HUT Kota Palopo ke-19.

Bupati perempuan pertama di sulsel ini mengapresiasi penyelenggaran webinar budaya I La Galigo, mengingat kondisi pandemi yang sedang mengalami peningkatan, termasuk di wilayah Tana Luwu tetapi tidak mengurangi semangat untuk tetap memastikan bahwa warisan budaya yang terkandang dalam naskah I La Galigo terus di lestarikan dan bagaimana kemudian generasi milenial dapat memegang atau menganut nilai nilai dari karya sastra terpanjang di dunia ini.

Indah melanjutkan, dalam I La Galigo diceritakan banyak hal, khususnya riwayat perjuangan sawerigading. Ini bisa menjadi salah satu acuan hidup karena sangat sarat akan nilai dan norma. Sehingga generasi termasuk generasi milenial masih sangat relevan untuk dilestarikan.

“Cukup banyak nilai-nilai yang termuat di dalam I La galigo yang relevan dengan kehidupan saat ini. Pertama ada istilah siri na pacce atau pesse, yaitu rasa malu yang menyangkut harga diri atau keteguhan hati yang harus dipelihara dan ditegakkan,” ungkapnya.

Kemudian ada nilai sumanga dan ininnawa, jadi menjaga semnagat dan motivasi untuk terus berjuang memenangkan kehidupan apalagi di tengah kondisi seperti saat ini.
“Lalu ada ininnawa yang berarti hati nurani.

Jadi dua hal ini yang sesungguhnya menjadi kekuatan di dalam mengarungi kehidupan,” jelasnya.

Baca Juga :  Pembukaan Kegiatan SASCo di SMPN 1 Parakansalak Berlangsung Meriah

Jika siri na pesse dipadukan, kata Indah, akan menjadi kekuatan utama untuk bertahan hidup baik individual maupun komunitas maka kemudian sumanga dan ininnawa menjadi kekuatan manusia untuk memanusiakan dirinya dan merupakan buah pengikat untuk mempertahankan kehidupan bersama sebagai manusia.

Indah menambahkan, di dalam I la galigo juga dapat dipetik nilai dalam memelihara lingkungan. Di dalam naskah dijelaskan tentang pentingnya manusia melestarikan alam sebagai manifestasi dari kehadiran to manurung yang bertujuan untuk menyampaikan perintah dewa agar menjaga lingkungan dan mengetahui tanda-tanda alam.

“Saat ini masalah lingkungan tentu menjadi tantangan bagi kita semua. Ada pesan moral penting bagi kita semua yang sudah disampaikan berabad abad yang lalu melalui I la galigo. Mari kita jaga alam, menjaga keharmonisan antara manusia dan alam, terutama tentang perubahan iklim yang terjadi di sekitar kita,” jelasnya.

Indah berharap melalui kebijakan pemerintah provinsi, kabupaten/kota yang ada di tana luwu dapat menjadi nilai atau kurikulum lokal. Kurikulum bukan hanya bagaimana membangun entrepenuer sesuai dengan potensi setiap daerah tetapi juga muatan lokal yang kita harapkan memuat nilai-nilai yang terkandung di dalam I La Galigo.

Olehnya harapannya melalui webinar ini, nilai tersebut dapat menjadi koleksi ingatan manusia khususnya di Tana Luwu, dan diharapkan agar setiap generasi dapat membacanya.

“Nah inilah sebenarnya hakikat dari warisan budaya di mana ia menjadi cerminan bahwa leluhur kita memiliki kecerdasan dalam menciptakan karya budaya beserta dengan simbol-simbol filosofinya,” tutur Indah.

Turut hadir Plt Gubernur Sulawesi Selatan yang diwakili Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulawesi Selatan, Denny Irawan Saardi, Wali Kota Palopo, Judas Amir, Bupati Luwu Timur, Budiman, serta Bupati Luwu yang diwakili sekretaris daerah, Sulaiman.

Baca Juga :  Rakor Kepala SMA, SMK, SLB Negeri Se-Cadisdik Wil. V & VI, Plh.Kadisdik: Evaluasi Menyeluruh Semua Prosedur Tahapan PPDB 2024

(M Saleh, Luwu Utara)